ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
Entah apa maksudnya, sekumpulan laki-laki yang belum menikah dan beberapa suami baru bercanda soal janda. Bermula dari salah satu oknum yang membagikan berita tentang banyaknya jumlah janda karena pernikahan tanpa ilmu dan iman, gurauan mereka semakin tidak manusiawi. Terlalu berlebihan hingga amat nyata menghina status janda.
Salah satu di antara mereka berkata, “Sayang banget nikah sama janda. Sayang khitannya.” Dan banyak lagi kalimat-kalimat meremehkan, yang semakin menunjukkan dangkalnya logika mereka sebagai seorang manusia yang sudah pasti terlahir dengan perantara ayah dan ibunya.
Begini, bercanda itu boleh. Tapi ada syaratnya. Salah satunya tidak bercanda dengan sesuatu yang berbau dusta. Kedua, tidak berlebihan dalam bercanda. Jika dua syarat itu dilanggar, bercanda seseru apa pun akan menjadi dosa. Jika sudah dosa, pembahasannya akan sangat panjang.
Tatkala seseorang bergurau tentang janda, saya hanya berpikir bahwa otak mereka sedang kacau. Saya tidak berani mengatakan tidak waras, karena tahu bahwa mereka bisa berpikir dengan baik.
Hanya saja, mereka enggan melakukannya. Bagaimana mungkin mereka tega menghina janda, seburuk apa pun si janda itu, tatkala ada begitu banyak sosok-sosok yang ditinggal suami dan justru menemukan kecemerlangan dalam hidup lantaran menjalani ujian tanpa suami dengan sabar.
Bukankah 10 dari 11 istri Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam adalah para janda? Dan hanya satu yang dinikahi dalam keadaan belum bersuami.
Artinya, jika kalian hendak berlaku ekstrim, maka nikahlah pertama kali dengan janda saat usia kalian 25 tahun dan janda itu berumur 40 tahun layaknya Nabi yang menikahi Ummu Khadijah.
Bukan hanya itu! Nikahilah seorang wanita yang sudah dua kali menikah, atau kalian harus menjadi laki-laki ketiga sebagaimana jalan yang telah ditempuh oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam.
Setelah istri pertama meninggal dunia, jangan dulu menikahi wanita yang belum pernah menikah dengan usia belasan tahun. Sebab, istri kedua Nabi adalah Ummu Saudah binti Zum’ah yang kala itu berstatus janda beranak empat atau lima.
Baru setelah itu, silakan nikahi wanita yang belum pernah menikah sebagaimana Nabi menikahi Ummu ‘Aisyah binti Abu Bakar ash-Shiddiq Radhiyallahu ‘anhuma.
Jadi, disadari atau tidak, langsung atau tidak, Anda telah menghina Ummu Khadijah dan Ummu Saudah serta Ummul Mukminin lain tatkala kalian menghina janda, meski dengan gurauan.
Dan satu hal yang luput kalian sadari; ibu, istri, atau saudara perempuan Anda amat sangat berpeluang untuk menjadi janda! Dan ketika itu benar-benar terjadi, penyesalan sudah tak bermakna lagi. Penyesalan tak akan bisa menunda hadirnya kematian.
Wallahu a’lam. [Pirman/Bersamadakwah]